Postingan

Belajar Lebih Peka dari Makan Pop Mie!

Gambar
  Hari gini siapa yang tidak mudah tergoyahkan imannya ketika ada temen sebelah makan Pop Mie? Mie instan yang bisa dibawa kemana-mana dengan aroma yang langsung bikin perut keroncongan. Seruputannya yang bikin orang di sebelah ngiler dan langsung buyar konsentrasi. Makan Pop Mie di dalam ruangan yang isinya banyak orang, sama aja kayak kamu nyebarin aroma kentut. Beracun, menusuk, tepat menyerang KO indra penciuman. Makhluk seruangan bisa gempar sambil ngomel-ngomel bahkan mengumpat. Meskipun begitu produk ini punya nilai moral yang jarang dibahas. Pernahkah kita sejenak berpikir, bahwa mungkin saja dari makan Pop Mie kita bisa belajar tentang empati dan kepekaan sosial? Pernah suatu ketika, jam makan siang, aku dan temen sekantor lagi laper banget. Mau beli makan tapi cuaca lagi panas dan kaki mager buat jalan jauh, pilihan hati jatuh pada Pop Mie. Beli mie di kantin terdekat dengan waktu pembuatan super cepat. Kemudian kami melewati kantor sebelah sambil berusaha nutupi...

Masih Banyak yang Lebih Penting! #CatatanuntukDiriSendiri #MulaidariAku

Gambar
Seringkali manusia merasa terjebak akan pertanyaan klasik pada usia tertentu.  Sebut saja : - kapan nikah? - kapan lulus? - kok belum kerja? - yah, usia segini masih sendiri? - kok hidupmu, begitu aja ya? Mengapa tidak sekali orang bertanya, "kapan kamu mati?" Munculnya pertanyaan semacam ini tanpa ada awal pembicaraan yang jelas, sekedar basa-basi, cukup untuk menandakan orang ini kurang kerjaan, bukan? Apa ya tidak ada yang lebih penting?  Basa-basi yang sungguh basi! Sekarang kalau tidak bisa mengubah dunia agar enyah pertanyaan semacam ini, maka mulai dari diri sendiri. Isu lulus, kerja, dan menikah, seolah itu melulu yang diputar-balik. Mulailah untuk mencari basa-basi yang lebih penting dan berempati. Orang seperti enggan peduli tentang bagaimana orang lain berjuang.  Tidak peduli seberapa banyak pengalaman, ilmu, skill, atau bacaan yang dikuasai.  Kurang paham dengan perjuangan orang meraih impian dan menyelesaikan ego, agar tidak lagi d...

Tidak Ada yang Sia-sia

Gambar
Beberapa kali aku bertanya, tentang "mengapa aku menjalani apa yang ku jalani sekarang?" Memperhitungkan soal untung dan rugi dalam menjalani apa yang ku pilih, entah sejak kapan aku memikirkan analisis semacam ini dalam pengambilan keputusan. Mungkin karena sudah beberapa kali kecewa ketika menjalani apa yang ku pilih. Kadang juga aku bertanya, "mengapa aku merasa amat bodoh dan jatuh pada lubang yang sama, lebih dari satu kali?" Semua pertanyaan itu menggiringku pada kesimpulan: bahwa yang aku lakukan sebenarnya hanya sia-sia. Sebab dari segi materi-tidak menghasilkan, segi fisik-banyak mengeluarkan energi, apalagi pikira-seringkali dibuat pusing berpikir soal ini dan itu. Aku merasa, kenapa suka sekali menambah masalah dan pekerjaan? Apa aku tidak cukup sadar diri dengan batasan yang aku punya? Permasalahannya aku seringkali merasa tidak cukup bekerja keras untuk semua yang ku impikan. Tetapi aku juga merasa tubuh dan energi yang ku mil...

Zero Waste: Belajar Hidup dari Sampah

Gambar
Foto diambil dari: https://www.thefreshquotes.com Akhir-akhir ini saya mencoba untuk hidup dengan mengurangi sampah, walau tidak 100% tidak membuang sampah, terutama sampah plastik. Tapi setidaknya saya mencoba belajar bijak. Kebetulan saya baru pindah kosan, sekamar dengan teman yang se visi untuk mengurangi sampah, sehingga kami sering saat keluar rumah membawa tas kain untuk berjaga jika ingin membeli sesuatu dan menolak penggunaan kantung kresek. Dua minggu-an saya memulai kebiasaan baru, sekalipun belum bisa rutin. Sekarang berusaha bawa botol minum sendiri, kalau beli makan memilih makan di tempat atau membawa wadah, termasuk ketika ingin beli gorengan dalam jumlah banyak (kami membelinya dg bawa wadah sendiri). Hal lain yang bikin saya girang, ternyata fakultas psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, tempat saya bekerja, tengah menerapkan program psychogreen, alias semua orang dihimbau tidak lagi membawa botol dan sampah plastik. Sebagai ganti, orang-orang...

Mengurangi Sampah dengan Zero Waste: Kisah Segitiga antara, Aku, Kamu, dan Sampah!!!

Gambar
Bagaimana perasaanmu mendengar pernyataan Indonesia adalah negara penghasil sampah terbesar ke-2 di dunia? Indonesia, iya negara yang kita cintai menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil sampah terbesar di Asia Tenggara. Sungguh sebuah ‘prestasi’ yang menakjubkan…. Permasalahan sampah di dunia seperti tidak pernah menemukan ujungnya, akan terus bergulir, jika tidak ada regulasi yang menekan, tidak ada kesadaran pada setiap individu, dan kerjasama juga komitmen beragam pihak. Tetapi bukan berarti kita hanya perlu diam saja, tanpa berusaha, bukan? “Kalau bukan dengan menumbuhkan kesadaran pada setiap individu tentang banyaknya sampah, lalu siapa yang akan mengatasi permasalahan sampah?” -RLM Pada akhir bulan Juli 2019, saya datang ke acara literasi Patjar Merah di kota Malang. Salah satu sesi pembicara yang saya ikuti adalah sesi Mbak Siska Nirmala dengan tema Zero Waste Adventure (beliau adalah salah satu penggiat gaya hidup zero waste di Indonesia). ...

Lari Saja!!!

Gambar
*) Hari itu aku memilih untuk berlari pagi, di tengah proses berlari aku memaksakkan diri untuk berlari secara konstan dengan berupaya mengendalikan pernafasan. Sudah lama tidak berlari. Pagi itu aku terbangun dengan badan yang terasa pegal, ngilu jika di tekan pada beberapa bagian. Ku pikir ini mungkin efek terlalu lama tidak berolaraga dan menggerakkan fisik. Saat berlari, aku membuat target jarak lintasan, memang tidak jauh untuk ukuran orang kebanyakan, tapi untuk ukuran seorang aku, yang lama tidak berlari, jarak lumayan jauh. Setidaknya aku mengukur kemampuan, sampai mana aku mampu membuat batas. Tulisan Windy Ariestanty di tumblr tentang lari lah yang menggerakkkanku pagi itu. Lepas subuh, sekitar jam lima pagi, aku menggerakkan kaki, berlari dengan sepatu kesayangan warna abu-abu. Hari itu perasaanku sedikit kacau, ya, sedang dalam keadaan tidak seratus persen baik-baik saja. Ku baca tulisan kak W   (sapaan kak Windy), bahwa dengan berlari dia bisa berp...