Catatan Kuliah Semester Tua: Hal yang dirindukan dan Hilang


Perubahan mahasiswa semester akhir itu nyata, kalau dulu waktu jaman mahasiswa tingkat awal atau madya, kita pada rajin ngampus, dateng kuliah selalu on time, kalau telat ga melebihi batas toleransi dosen, plus masih punya semangat membara untuk belajar, organisasi dan sebagainya. Bahkan, pulang kuliah pun masih sigap ngerjain tugas sampai begadang juga dilakoni. But, nggak ada yang abadi dalam hidup ini, ada waktunya kita berubah dan bergerak, alias mau gak mau harus jadi mahasiswa angkatan tua. Jadilah perjalanan maba pun hanya tinggal kenangan (udah kayak judul lagu aja). Semakin hari jadilah kami, jajaran mahasiwa naik tingkat alias mahasiswa semester tua.



Kerasa banget sih perbedaannya saat jadi mahasiswa tua. Semangat belajar mulai naik turun, kembang kempis kayak napas orang asma. Tiba-tiba merasa sendirian nan kesepian di tengah kampus yang luas. Temen-temen  yang pada sibuk dan punya urusan masing-masing. Lebih menjadi lebih dekat dengan laptop si Unyil, plus sering seliweran sekitaran ruang dosen bimbingan demi gelar sarjana harus dikejar.



Dari semua perubahan yang terjadi, ada beberapa hal yang paling terlihat nyata perbedaannya….



Semakin tua semester, teman pun pada sibuk dan susah diajak ngumpul. Otomatis ketika ketemu di jalan, mendadak kami pada heboh, seakan udah berapa abad nggak ketemu. Biasanya, mahasiswa cowok dengan gaya coolnya menyapa teman dengan basa-basi. Nah beda lagi, kalau mahasiswi cewe pada sibuk cipika-cipika begitu ketemu temennya. Yah, for me, agak akward ketika harus cipika-cipiki dengan mereka, berasa kayak emak-emak yang arisan tujuh turunan gak ketemu. Padahal sebenernya dalam seminggu kita masih sering ketemu, paling gak papasan waktu jalan. Alaynya gak ketulungan wkwk.

Cuma makin kesini, kerasa juga arti pelukan dan cipika-cipiki itu, ternyata kami sang pejuang angkatan tua uda di ujung tanduk mau perang skripsi, terus wisuda. Artinya bakalan segera pisah lagi dengan teman atau sahabat, karena akan menempuh jalannya masing-masing.



Nggak Cuma itu…



Satu lagi hal yang paling kerasa perubahannya, anak semester tua itu kebanyakan pada gabut alias gak punya kerjaan dan nggak sibuk sama sekali. Yah, okelah sekalipun gak semuanya begitu. Tapi, rata-rata kalau di semester atas, kegiatan di organisasi udah pada purna, sudah jarang ikutan kompetensi lagi karena fokusnya cuma magang, sidang, skripsi; kerjaan-kerjaan di dalam atau luar kampus udah pada kelar, dan segala bentuk kesibukan pun mulai berkurang. Misalnya nggak berkurang, paling kesibukannya pada berpindah lahan wkkwkw.



Hmmm….Sejauh ini, aku memandang semua hal yang berubah di semester atas itu adalah nikmat, ujian, juga tantangan. Bagi yang ga pegang prinsip atau target, mungkin akan merasa hidup itu gabut sekali, lagi-lagi gak semuanya bisa di generalisir begitu aja. Sebagian mahasiswa juga kudu kuat iman dan rayuan hehe. Godaan kerja ataupun kegiatan di luar kuliah lagi gencar-gencarnya menggoda, disinilah titik kelemahan diuji, keterampilan mengatur prioritas mulai dicek ketahanannya.

Finally…

Waktu adalah sesuatu yang nggak bisa dibeli ataupun ditarik kembali. Saat ini, bagi aku melakukan pencarian jati diri dan ekplorasi kemampuan menjadi prioritas utama, sekali lagi skripsi dan kuliah pun kudu tetap jalan, semoga juga tanpa ada hambatan. Pada masa inilah syndrome 20-an mulai kerasa, pertanyaan jodoh dan kapan nikah mulai berdengung tanpa batas. Belum lagi, kebimbangan apa yang haru dikerjakan setelah lulus mulai memutar-mutar pikiran. Hutan rimba yang sebenarnya sudah siap menyambut. Pertanyaannya, sudahkah kita bersyukur juga bersiap?

Apapun itu, semoga semuanya bisa memberikan manfaat untuk sesama, sekalipun langkah yang diambil cuma bisa kasih impact segede biji jagung. Setidaknya berusahalah, membuat waktu bermanfaat.



Ditulis dengan haru-biru,



Rahmita Laily M.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHAS BANYUWANGI

All About Keluarga 'Lontong Kupang'