Dear Haters...
Sebagai manusia kita bukan hanya hidup
dalam lingkungan yang selalu mendukung. Ada begitu banyak juga orang yang
mungkin memberikan penilaian terhadap diri kita, tanpa pernah tahu usaha keras apa
yang selama ini dilakukan. Well,
pepatah ini ada benernya juga, “ Kita hidup bukan untuk menyenangkan orang lain”.
Kadang aku setuju. Semakin kita dewasa dan berkembang pemikirannya, kita
menyadari bahwa ada banyak ujian dalam hidup yang harus dilalui. Semakin besar
sebuah pohon, angin yang bertiup pun semakin kencang. Mau tidak mau, kita
dituntut untuk belajar serta beradaptasi untuk tetap survive.
Tapi, aku juga sadar bahwa setiap
orang juga punya prinsip, dan value yang dipegang kuat dalam kehidupannya. Cuma
nih ya, karena hidup itu juga perlu realistis, kadang ujian justru datang untuk
menguji seberapa kuat prinsip yang kita pegang. Hidup gak selalu mulus kayak
jalan tol. Sekalipun, mungkin ada manusia yang beranggapan bahwa masalah itu
munculnya dari diri kita sendiri, aku ga setuju sama ini. Manusia,dan
lingkungan itu kompleks sekali, gak bisa
kita asal kasih judgement. Hanya
saja, kita itu bukan Avatar yang
pengendali air, dan api (apa aku salah ya nyebut kekuatannya Avatar? hehe),
tangan kita nggak akan mampu membekap omongan menyakitkan orang lain, otak kita
pun ga selalu bisa mengendalikan mereka. Wajar kalau kadang merasa sedih ketika
orang memberikan cacian dan membenci seluruh tindakan kita, sekalipun itu
bener. Nah, tapi setelah aku mengalami banyak pergolakkan batin, pernah merasa
di titik terendah hidup, bahkan di reject
oleh lingkungan, aku belajar, bahwa kamu harus tetap melakukan yang terbaik,
nggak peduli apapun yang terjadi. Walaupun dunia memberondongmu, tetaplah
berbuat baik – and I know, is not easy.
Kenapa? Kenapa kita harus tetap
berbuat baik?
Karena kita perlu tahu kalau kita
berbagi kebaikan, kita jauh akan lebih merasa bersyukur, bahagia, dan selangkah
lebih maju daripada yang membenci. Air tuba jangan dibalas air tuba, nggak akan
ada bedanya, yang ada malah keruh airnya. Sekalipun, untuk melakukan itu dalam
kehidupan nyata, juga gak semudah membalikkan telapak tangan.
Hidup itu pilihan. Kalau kamu
memilih membalas keburukan dengan kebaikan, kamu pun akan dapat konsekuensi,
begitu pula sebaliknya. Aksi menimbulkan reaksi.
Last but not least, I say thank you for my haters.
Teruntuk mereka yang pernah
membenci saya:
Terimakasih sudah mengajari saya untuk
menjadi manusia yang jauh lebih baik. Ada kalanya Anda tidak perlu tahu
perjuangan dan pergolakkan batin saya, karena itu tidak terlalu penting. Tapi,
ada saat, dimana saya merasa dunia kejam dan terbalik, sakitnya tuh disini
(nunjuk hati). Tapi dari situ saya mengerti bagaimana cara untuk menyembuhkan
diri. Bukan hal yang penting bagi Anda, untuk tahu bagaimana hidup harus
menginjak-injak bahkan membolak-balikkan saya, Anda pasti tidak pernah tahu,
seberapa kuat saya untuk berjuang atau bertahan dalam masa tergelap hidup saya,
bukan?
Sekali lagi, itu semua tidak akan
penting bagi Anda. Tapi, penting bagi saya
Pesan saya satu, banyaklah
bersyukur dan bercermin di kaca. Semoga Anda bisa menjadi manusia sebaik
seperti apa yang ada lakukan ataupun ucapkan. Setidaknya, pastikanlah, bahwa
Anda jauh lebih baik dari apa yang ada caci-maki ataupun benci.
At the end, I said thank you so much. You’ve gave me the reason why I must
life ‘till now…
Jaga diri, Jangan lupa bahagia, dan
jaga kesehatan mentalmu :)
With Love,
Rahmita Laily M.
Komentar
Posting Komentar